Dalam post kali ini, disertakan beberapa buah video yang dapat memberikan informasi-informasi dan maklumat yang berguna untuk kita mendalami dunia fotografi dengan lebih luas dan mendalam lagi. Enjoy all of these videos :)
Sunday, 25 May 2014
Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan atau balance merupakan prinsip dalam komposisi yang menghindari kesan berat sebelah atas suatu bidang atau ruang yang diisi dengan unsur-unsur seni bina.
Berikut antara contoh-contoh keseimbangan dalam ilmu fotografi :

KESEIMBANGAN YANG SIMETRI

KESEIMBANGAN YANG TIDAK SIMETRI

KESEIMBANGAN YANG MEMUSAT

KESEIMBANGAN YANG MELEBAR
Berikut antara contoh-contoh keseimbangan dalam ilmu fotografi :

KESEIMBANGAN YANG SIMETRI

KESEIMBANGAN YANG TIDAK SIMETRI

KESEIMBANGAN YANG MEMUSAT

KESEIMBANGAN YANG MELEBAR
Sebagaimana contoh-contoh gambar di atas, dapat dilihat bahawa Prinsip Keseimbangan itu dapat dicapai dengan beberapa cara:
- Keseimbangan bentuk dan ukuran
- Keseimbangan warna
- Keseimbangan yang diperoleh dari tekstur
- Dan yang paling mudah dilihat adalah keseimbangan yang terbentuk dari komposisi.
Composition dan Rule of Thirds
KOMPOSISI (COMPOSITION)
Komposisi adalah cara menyusun objek dalam gambar. Jangan biarkan objek dalam gambar menjadi berterabur tanpa haluan. Letakkan objek utama dengan jelas jika tidak penatap gambar akan jemu dan tidak suka melihatnya. Terdapat beberapa asas-asas komposisi yang penting untuk diketahui untuk menjadi seorang jurufoto yang berjaya.
1. Rule of Thirds
Dalam dunia fotografi, seperti juga pada pengertian Rule of Thirds / L-R , atau disebut juga tetapan 1/3 bahagian yang merupakan suatu petunjuk bagaimana caranya untuk memposisikan objek di 1/3 bahagian dalam foto agar foto tersebut dilihat lebih baik pemposisiannya. Untuk lebih jelas lagi, bolehlah merujuk pada ilustrasi gambar berikut:

Posisi 1/3 bagian adalah pada titik-titik persimpangan atau pertemuan antara garis horizontal dan vertikal (salah satu posisinya adalah pada titik di bulatan biru), dan juga pada sepanjang garis vertikal atau horizontal (salah satu posisinya pada garis horizontal merah). Lebih jelas lagi lihatlah pada contoh foto berikut:


2. Background - Latar Belakang
Latar belakang atau background yang ramai (busy) seringkali menggangu fokus pada objek utama, sedangkan keselarasan atau kesederhanaan background akan semakin mengarahkan fokus dan menguatkan objek utama.
Komposisi adalah cara menyusun objek dalam gambar. Jangan biarkan objek dalam gambar menjadi berterabur tanpa haluan. Letakkan objek utama dengan jelas jika tidak penatap gambar akan jemu dan tidak suka melihatnya. Terdapat beberapa asas-asas komposisi yang penting untuk diketahui untuk menjadi seorang jurufoto yang berjaya.
1. Rule of Thirds
Dalam dunia fotografi, seperti juga pada pengertian Rule of Thirds / L-R , atau disebut juga tetapan 1/3 bahagian yang merupakan suatu petunjuk bagaimana caranya untuk memposisikan objek di 1/3 bahagian dalam foto agar foto tersebut dilihat lebih baik pemposisiannya. Untuk lebih jelas lagi, bolehlah merujuk pada ilustrasi gambar berikut:

Posisi 1/3 bagian adalah pada titik-titik persimpangan atau pertemuan antara garis horizontal dan vertikal (salah satu posisinya adalah pada titik di bulatan biru), dan juga pada sepanjang garis vertikal atau horizontal (salah satu posisinya pada garis horizontal merah). Lebih jelas lagi lihatlah pada contoh foto berikut:


2. Background - Latar Belakang
Latar belakang atau background yang ramai (busy) seringkali menggangu fokus pada objek utama, sedangkan keselarasan atau kesederhanaan background akan semakin mengarahkan fokus dan menguatkan objek utama.
Saturday, 24 May 2014
Depth of Field
Istilah Depth of field (DOF) merujuk pada berapa banyak gambar berada dalam fokus yang tajam. Sebagai contoh, dalam gambar-gambar fotografi yang ditangkap, akan wujud latar belakang yang sering tidak fokus dan tampak lembut, sementara subjeknya sangat jelas dan tajam. Gambar seperti ini memiliki Depth of field atau ketajaman ruang yang pendek. Penerangan di atas boleh dijelaskan lagi dengan merujuk contoh pada gambar dibawah :

Anda mungkin juga melihat dalam gambar landskap, segala subjek dalam gambar tersebut kelihatan sangat tajam dan jelas, semuanya tampak fokus, mulai dari latar depan atau foreground sehinggalah ke background yang berupa pergunungan di kejauhan. Gambar seperti ini memiliki Depth of field atau ketajaman ruang yang dalam. Contohnya adalah seperti gambar dibawah :

Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi Depth of Field atau ketajaman ruang ini, iaitu:
1) Tetapan bukaan (atau F-stop) -. Ini merujuk pada seberapa lebar shutter akan terbuka.
2) Panjang fokus lensa atau focal length -. Ini merujuk pada seberapa banyak lensa “zoom in”subjek anda.
2) Panjang fokus lensa atau focal length -. Ini merujuk pada seberapa banyak lensa “zoom in”subjek anda.
Pertama kita akan melihat pada penetapan bukaan. Kebanyakan kamera digital memiliki rentang aperture atau bukaan sekitar F2.8 ke F8, dan kitaran ini biasanya diubah menjadi sekitar F4.5 ke F8 saat menggunakan zoom penuh. Kitaran bukaan ini agak berbeza bagi tiap-tiap kamera, tetapi kita akan menggunakan F2.8 ke F8, dengan bukaan zoom penuh dari F4.5 ke F8 sebagai contoh.
Pada penetapan terendah (F2.8), ia akan terfokus pada objek yang ingin tampak tajam, tetapi objek di latar belakang akan tampak lebih halus dan berada di luar fokus. Pada penetapan tertinggi (F8), mulai dari latar depan hingga objek di kejauhan akan tampak tajam dan fokus atau istilahnya ‘deep depth of field’.
Sekarang panjang fokus atau focal length – kita akan menggunakan kamera digital dengan zoom 4 kali ( focal length 35mm ke 140mm) sebagai contoh. Di hujung jangkauan zoom 35mm (tidak zoom), hampir semua dalam gambar akan tampak fokus. Dalam hal ini, hanya objek yang difokuskan sahaja akan tampak tajam atau istilahnya ‘shallow depth of field’.
Apapun jenis lensa yang digunakan, perlu diingat bahawa semakin besar f-stop, semakin kecil aperture atau bukaan, yang menghasilkan depth of field yang lebih besar. Sebaliknya, semakin kecil f-stop, semakin besar aperture atau bukaannya, yang menghasilkan depth of field yang pendek.
Aperture (Diafragma) dan Shutter Speed

Penetapan Bukaan Aperture (Diafragma)
Untuk menetapkan tahap intensiti cahaya yang boleh masuk melalui lensa, diafragma pada lensa kamera mampu membuka dengan diameter yang boleh diubah-ubah. Besar atau kecil bukaan diafragma dinyatakan dalam f-number tertentu, dimana f-number kecil menyatakan bukaaan yang besar manakala f-number yang besar menyatakan bukaan kecil. Selain itu, ciri optik lensa turut membolehkan bukaan besar dilakukan yang akan membuat foto yang DOFnya sempit (background oleh menjadi blur), dan bukaan kecil akan membuat DOF lebar (background menjadi tajam).
Untuk menetapkan nilai diafragma (aperture), perlu diingat bahawa setiap stop ditandai dengan nilai f-number tertentu yang digambarkan seperti yang dinyatakan di bawah, bermula daripada urutan nombor yang besar hingga kecil :
f/1 – f/1.4 – f/2 - f/2.8 – f/4 – f/5.6 – f/8 – f/11- f/16 – f/22 – f/32 dst
Sebagai contoh :
- jika kita berpindah 1-stop dari f/2 ke f/2.8, ia bermakna kita akan mengurangkan intensiti cahaya yang masuk ke kamera
- jika kita berpindah 1-stop dari f/8 ke f/5.6, maka ia bermakna kita akan menambah intensiti cahaya yang masuk ke kamera dua kali ganda dari sebelumnya
Kamera moden umumnya memberi kebebasan untuk merubah diafragma pada skala yang lebih kecil, dalam hal ini perubahan f-stop dilakukan pada kadar 1/2 hingga 1/3 f-stop sehingga boleh menghasilkan banyak variasi eksposur daripada penetapan nilai diafragma. Sebagai contoh, diantara f/5.6 hingga f/8 boleh terdapat f/6.3 dan f/7.1 yang memiliki bukaan 1/3 stop.

Penetapan Kecepatan Shutter
Sepertimana Aperture (diafragma), kecepatan shutter juga mempunyai urutan angka yang mewakili 1-stop. Berikut dinyatakan variasi kecepatan shutter dengan kadar 1-stop, urutan dari yang paling lambat hingga yang paling cepat ( d mewakili saat ) :
1d – 1/2d - 1/4d – 1/8d – 1/15d - 1/30d – 1/60d – 1/125d – 1/250d – 1/500d –1/1000d
- jika kita berpindah 1-stop dari 1 saat ke 1/2 saat, maka kita akan mengurangkan setengah intensiti cahaya yang masuk ke kamera
- jika kita berpindah 1-stop dari 1/60 saat ke 1/30 saat, maka kita akan menambah intensiti cahaya yang masuk ke kamera dua kali ganda dari sebelumnya
Percubaan di bawah ini menunjukkan hasil gambar yang diperolehi dari variasi kecepatan shutter, dengan ditunjukkan contoh gambar pada 1/125 saat (nilai diafragma ditetapkan di f/5.6 dan ISO 125). Tujuannya adalah untuk melihat kesan daripada mengubah kecepatan shutter terhadap eksposur gambar yang dihasilkan. Terdapat 3 gambar overexposure dengan kadar 1-stop dan 3 gambar under exposure dengan kadar 1-stop.
Dari gambar di atas, dapat disimpulkan bahawa semakin cepat shutter speednya, maka cahaya yang masuk ke dalam sensor akan semakin kecil sehingga gambar menjadi lebih gelap. Begitu juga sebaliknya untuk kecepatan yang semakin lambat, cahaya yang masuk akan bertambah banyak sehingga gambar menjadi lebih terang.
ELEMEN EKPOSUR / EXPOSURE DALAM FOTOGRAFI
Inti dari fotografi adalah eksposur, atau jumlah cahaya yang masuk ke dalam sensor peka cahaya yang ada dalam kamera. Disebabkan cahaya tersebutlah, foto itu terbentuk. Tugas kita sebagai seorang jurufoto adalah untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk semasa mengambil foto. Bagi yang ingin menyalurkan jiwa kreatif kedalam foto-foto yang dihasilkan, pemahaman terhadap konsep eksposur adalah amat penting.
Exposure berasal dari perkataan to expose yang bererti “memaparkan”, yang secara sederhananya eksposure dapat diertikan sebagai “pemaparan” cahaya. Atau lebih spesifiknya, eksposure ialah suatu proses dan ukuran bagaimana suatu sensor cahaya atau filem terpapar cahaya pantulan suatu objek yang sedang difoto.
Jurufoto terkenal, Bryan Peterson, telah menulis sebuah buku berjudul Understanding Exposure yang mana ada diterangkan konsep eskposur secara mudah di dalamnya.
Peterson memberikan ilustrasi tentang tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami eksposur, dia menamakan hubungan ketiga-tiganya sebagai sebuah Segitiga Fotografi. Setiap elemen dalam segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.
Ada tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami eksposur yang mana setiap elemen ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera untuk menghasilkan sebuah gambar (foto).
Ketiga-tiga elemen tersebut adalah :
1.ISO = ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya
2.Aperture = seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil
3.Shutter Speed = rentang waktu “jendela’ didepan sensor kamera terbuka

Faktor-faktor ini saling berkait dan sangat mempengaruhi hasil akhir sebuah proses eksposur. Tujuan utama dari pemaparan cahaya (eksposur) adalah memberikan jumlah cahaya yang cukup untuk dipaparkan pada sensor atau filem untuk menghasilkan gambar. Hasil akhir suatu eksposur dalam erti ukuran tingkat pencahayaan pada sensor/filem, dapat dikontrol melalui penetapan ketiga-tiga faktor diatas. Lebih jelasnya, tingkat pencahayaan pada foto dapat dihasilkan dengan cara menetapkan jumlah cahaya yang masuk, atau penetapan berapa lama waktu paparan, atau penetapan sensitiviti sensor, atau melalui kombinasi ketiga-tiganya.
Apertur
Apertur adalah berkait rapat dengan lensa sesebuah kamera di mana setiap kamera mempunyai bukaan yang paling maksimum dan minimum. Bukaan apertur atau diafragma tersebut dicirikan oleh f/ atau 1:, contohnya 50mm f/1.2 yang bererti lensa tersebut mempunyai bukaan maksimum apertur f/1.2. Untuk memahami konsep apertur dengan lebih mudah, dapatlah dirungkaikan seperti penerangan di bawah ini:"Semakin besar bukaan aperture (angka kecil, contoh f/1.2) semakin banyak cahaya masuk dan semakin tipis DOF [Ruang tajam]"
"Semakin kecil bukaan aperture [angka besar f/22] semakin sedikit cahaya yang masuk dan semakin tebal DOF [Ruang tajam]"
Shutter Speed
Shutter speed sendiri adalah kecepatan menutup dan membuka jendela di depan lensa, dari Bulb sampai 1/4000 [bergantung pada jenis kamera di mana kamera pro level mampu mencapai sehingga 1/8000], kesannya adalah:"Semakin lambat shutter speed maka lensa akan terbuka lama maka semakin banyak cahaya yang masuk"
"Semakin cepat shutter speed maka lensa akan terbuka semaka semakin sedikit cahaya yang masuk"
ISO/ASA
ISO/ASA adalah tahap sensitiviti sensor terhadap cahaya, umumnya ia bermula dari ISO 100-ISO 26500 (juga bergantung pada jenis kamera), berikut merupakan cara yang mudah untuk memahami konsep ISO ini :
"Semakin rendah ISO, maka sensitiviti sensor terhadap cahaya semakin kurang"
"Semakin tinggi ISO, maka sensitiviti sensor terhadap cahaya semakin tinggi"
Sejarah dan Perkembangan Fotografi
Sejarah Perkembangan Kamera
Kamera pertama yang berjaya dihasilkan ialah kamera Obscura, dan ia merupakan kamera pertama yang berfungsi dan mampu menangkap dan menghasilkan gambar. Namanya disebut sebagai Obscura yang diambil dari bahasa latin yang bermaksud ruang gelap. Kamera Obscura merupakan kamera yang diperbuat dalam bentuk kotak dan dapat memantulkan cahaya melalui penggunaan dua buah lensa konveks, kemudian gambar yang di tangkap akan terakam pada sehelai kertas atau filem dan filem tersebut berada pada pusat focus dari lensa tersebut. Kamera Obscura terhasil dari kajian pengkaji muslim yang bernama Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham dan kajianya di tulis di dalam bukunya yang berjudul “Books of Optics”(1015-1021).
Sementara itu, pada tahun 1660-an pengkaji yang berasal dari barat iaitu Robert Boyle dan pembantunya yang bernama Robert Hooke menemukan portable kamera obscura. Namun kamera pertama yang praktikal dan berbentuk kecil telah di hasilkan olah Johann Zahn dan penemuan ini berlaku pada tahun 1685. Kamera pada awalnya banyak menerapkan prinsip model Zhann di mana ianya perlu menggunakan slide tambahan yang di gunakan untuk memfokuskan objek yang ingin dirakam. Cara penggunaan sistem tersebut adalah dengan menambahkan sebuah plat sensitive di hadapan lensa kamera yang digunakan sebelum melakukan pengambilan gambar.
Perkembangan kamera terus berlanjutan, dan Jacques Daguerre merupakan salah seorang yang berperanan dalam perkembangan teknologi kamera. Daguerre di lahirkan pada tahun 1787 di Cormeilles di Perancis Utara. Semasa masih muda, beliau merupakan seorang seniman. Apabila berumur 30-an, beliau mendapat satu idea apabila beliau mempamerkan hasil lukisan pemandanganya dengan bantuan kesan cahaya. Beliau berasa tertarik apabila melihat perkembangan satu mekanisma yang menyebabkan beliau ingin menghasilkan lagi satu lukisan yang sama tanpa perlu melukis dan mewarnakan semula. Erti kata lainya beliau ingin lukisan dibuat secara outomatik sahaja. Beliau merasakan ini mungkin terjadi dengan bantuan kamera.
Pada tahun 1827, Daguerre bertemu dengan Joseph Nicephore
Niepce yang juga sedang mencuba untuk menghasilkan kamera
dan mereka berdua bekerjasama dalam membuat kajian mengenai kamera. Namun pada tahun 1833 Niepse meninggal dunia. Daguerre tetap melanjutkan kajianya dalam pembuatan kamera. Pada tahun 1837, Daguerre berhasil menghasilkan sebuah sistem praktikal fotografi yang dikenali sebagai “Daguerreotype”. Pada tahun 1839 Daguerre mengumumkan secara terbuka kepada orang ramai tentang kejayaanya dalam kajianya mengembangkan teknologi kamera. Beliau menjadi terkenal diwaktu itu dan hasil kajiannya dengan cepat berkembang dan banyak digunakan oleh khalayak. Pada tahun 1851 ditempat asal kelahirannya Daguerre meninggal dunia.
Tahun 1900 seorang jurugambar telah mencipta kamera Mammoth. Kamera ini amat besar ukurannya dimana beratnya 1,400 pound. Lensa seberat 500 pound. Sewaktu mengubah atau memindahkannya tenaga manusia seramai 15 orang diperlukan. Kamera ini menggunakan filem sebesar 4 ½ x 8 kaki dengan bahan kimia sebanyak 10 gallons digunakan ketika memprosesnya.
Obscura telah diubahsuai sehinggalah tercipta kamera Kodak oleh George Eastmen pada tahun 1888. yang lebih kecil. Pada zaman ini wujud kamera lebih kecil dan yang terkini ialah kamera digital.
Di awal kewujudan kamera digital tidak ramai menggemarinya terutama kalangan profesional. Ini kerana kamera digital generasi awal sekitar hujung tahun 1980an, masih menggunakan
ciri-ciri kamera kompak. Kamera digital waktu itu kecil, ringan dan kemampuan imej tidak memenuhi kehendak profesional. Namun begitu sekitar awal 2000 kamera digital direka dengan mengambil kira selera profesional. Akhirnya kita telah memperolehi kamera digital dalam format SLR (Single Lens Reflex).
Selepas kemunculan pelbagai kamera yang merentasi dunia teknologi, muncul lagi sebuah kamera yang seakan kamera SLR. Kamera yang mempunyai pelbagai fungsi dan kebolehan ini di beri nama DSLR. Tanpa menggunakan filem dan penggunaan tidak terhad.
Awal Mula Fotografi
Hasil fotografi pertama diciptakan pada tahun 1822 oleh seorang penemu yang berasal dari Perancis, Nicéphore Niépce, dengan teknik Heliografi. Teknik heliographi menggunakan bitumen sebagai pelapis diatas kaca atau besi yang mengeras bila terkena cahaya, lalu kaca/besi tersebut dicuci dengan minyak atau lavender dan bekas cairan yang mengeras akan menghasilkan gambar. Objek yang sering diambil olehnya adalah gambar-gambar pemandangan.

Salah satu foto heliografi ciptaan Niépce pada tahun 1826
Pada tahun 1839, proses pencetakan foto menggunakan negatif dijumpai oleh William Henry fox Tablot, berasal daril Britain. Pada tahun yang sama, negatif kaca pun ditemukan oleh John Herschel dengan menggunakan teknik sodium thiosulfate atau disebut juga sebagai fixer. Pada tahun 1851, William Henry fox Tablot menjumpai teknik untuk mencetak banyak foto menggunakan mesin pencetak dengan memecahkan gambar menjadi titik-titik kecil.
Pada tahun 1854, kamera dengan 8 lensa ditemukan oleh André-Adolphe-Eugène Disdéri, seorang fotografer dari Perancis. Kamera ini mampu menghasilkan 8 gambar dalam sebuah foto, setelah gambar tersebut dicetak diatas kertas album, gambar-gambar tersebut harus dipotong-potong dan menjadi seukuran kad, teknik tersebutlah yang menginspirasikan nama visiting card.

salah satu foto dengan kamera 8 lensa
Fotografi Berwarna

foto berwarna pertama oleh Maxwell, 1861
Foto berwarna pertama dibuat pada tahun 1861 oleh James Clark Maxwell. ada pula kaedah lain untuk menghasilkan foto berwarna, iaitu subtractive color photography(pencampuran warna-warna spektrum dasar – Kuning, Magenta dan Cyan – untuk menghasilkan warna yang sesuai) yang dipatenkan oleh Louis Arthur Ducos du Hauron pada 1868

foto berwarna yang dibuat oleh Louis Arthur Ducos du Hauron paad tahun 1877
Seterusnya sampai sekarang
Filem untuk foto akhirnya ditemui, awalnya terbuat dari emulsi gelatin yang dijumpai oleh Richard Maddox pada tahun 1871, sensometri – sebutan untuk kepekaan emulsi fotografis – dievaluasi secara sistematis oleh F. Hurter & V. C. Driffield pada tahun 1876. pada tahun 1887 film seluloid yang pertama diperkenalkan.
Sebuah foto high-speed pertama dibuat pada tahun 1878 oleh Eadweard Muybridge. Foto tersebut adalah seekor kuda yang berlari, dibuat dengan system trip-wyre.

foto high-speed yang dibuat oleh Eadweard Muybridge
Kamera pertama yang mudah digunakan dan dibawa kemana-mana dipasarkan oleh Kodak pada tahun 1888. Produk yang ditawarkan KODAK adalah sebuah kamera kecil berukuran box yang menyimpan roll film. Produk ini adalah hasil penelitian George Eastman yang telah meneliti sejak 1877. bahan kimia yang digunakan pada roll film tersebut adalah perak bominda. Kamera ini banyak diminati karena sangat mudah digunakan dan praktis. KODAK pun terus mengembangkan produk-produk kamera mudah dipakainya seiring berkembangnya teknologi dan zaman.
Pada masa kini seiring masuknya era digital, teknologi fotografi pun sudah sangat berkembang. Sekarang sudah banyak orang yang dengan mudahnya boleh menghasilkan foto dengan kamera digital atau kamera handphone. Kamera analog pun masih digunakan namun tidak sekerap kamera digital.
Orang ramai beralih kepada kamera digital kerana ianya lebih praktis dan mudah digunakan, selain itu proses pencetakkannya lebih cepat dan kualiti gambar yang dihasilkan sangat optimal.

contoh foto hasil kamera digital
Subscribe to:
Posts (Atom)